Friday, October 10, 2014

Sinopsis Novel "Belenggu" Karya Armijn Pane


Seorang dokter bernama Sukartono menikah dengan seorang yang cantik dan cerdas bernama Sumartini. Sebenarnya keduanya tidak saling mencintai, karena memiliki kepentingan masing-masing, akhirnya keduanya sepakat untuk menikah. Sukartono merasa bahwa Sumartini adalah orang yang cocok untuk mendampingi hidupnya. Dia menikahi Sumartini karena kecantikan dan kepandaianya. 

Sumartini menikahi Sukartono dengan alasan dia ingin melupakan masa lalunya. Tak lama setelah membina rumah tangga, ternyata kehidupan mereka tidak harmonis. Mereka sering bertengkar dan cekcok, bahkan saling diam tanpa komunikasi. 


Sukartono adalah seorang dokter yang menjunjung tinggi pekerjaanya. Dia bekerja disiplin tanpa kenal lelah demi pasienya. Dia juga seorang dokter yang dermawan karena sering membebaskan bayaran bagi pasienya yang tidak mampu.

Ternyata pengabdian Sukartono pada pekerjaanya telah membuat dia lupa pada kehidupan rumah tangganya. Sumartini merasa diabaikan dan beranggapan bahwa suaminya lebih mencintai pekerjaan daripada dirinya, seakan tidak pernah ada waktu komunikasi dalam rumah tangga. Hari-hari mereka sering dilalui dengan pertengkaran. Sukartini merasa tidak memiliki hak di hadapan Sukartono. Itulah yang memicu pertengakaran di antara mereka, sepertinya tiada hari yang dilalui tanpa pertengkaran.

Waktu pun berlalu, suatu hari Sukartono menerima telpon bahwa ada seorang pasien yang sakit keras. Dia lalu diminta menemui pasienya di suatu hotel. Sukartono pun memenuhi panggilan pasien tersebut. Setelah sampai di hotel, Sukartono kaget bahwa pasienya adalah Rohayah yang merupakan teman sekolah dan sahabat masa kecilnya. 


Rohayah menceritakan bahwa dia dipaksa kawin oleh orang tuanya. Dia tidak cocok hidup dengan suaminya. Akhirnya dia pindah ke Jakarta dan memutuskan menjadi janda. Sebenarnya Rohayah secara diam-diam telah jatuh hati pada Sukartono. Itulah yang membuatnya mencari keberadaan Sukartono. 


Setelah bertemu, Rohayah kemudian melancarkan seranganya dengan memberikan rayuan-rayuan dan pujian kepada Sukartono. Semula Sukartono tidak terpengaruh dengan rayuan Rohayah. Tetapi setelah dirayu terus-menerus akhirnya dia jatuh juga pada rayuan Rohayah. Sukartono merasa bahwa dengan Rohayah dia bisa menemukan ketenangan hatinya yang tidak bisa dia peroleh bersama Sumartini.

Keharmonisan hubungan Sukartono dengan Rohayah akhirnya tercium juga oleh Sumartini. Dia marah dan jengkel, kemudian pergi ke hotel tempat Rohayah menginap untuk memberikan caci maki dan menumpahkan amarahnya. Setibanya di hotel, perasaan marah Sumartini luluh juga oleh kelembutan hati dan keramahan Rohayah.
 

Setelah pulang dari hotel tempat Rohayah menginap, Sukartini berintrospeksi diri. Dia merasa telah berlaku kasar pada suaminya dan tidak bisa memberikan rasa kasih sayang seperti yang diinginkan suaminya. Dia lalu memutuskan untuk berpisah dengan Sukartono.

Pada mulanya Sukartono tidak mengijinkan keputusan Sumartini, bahkan dia juga akan berusaha mengubah hidupnya untuk lebih perhatian pada Sumartini, tetapi karena kebulatan tekad Sumartini, akhirnya Sukartono tak kuasa juga untuk mencegahnya, mereka pun secara resmi berpisah. Hati Sukartono pun gundah. Dia merasa sedih dengan perceraian tersebut. 

Penderitaanya bertambah ketika mengetahui bahwa Rohayah telah pindah dan meninggalakan sebuah surat yang menyatakan perasaanya pada Sukartono. Pada akhirnya Sukartono mengabdikan diri pada sebuah panti asuhan. Di tempat tersebut dia merasa mendapatkan ketenangan batinya karena bisa membantu orang lain.

Sinopsis Novel “Saman” Karya Ayu Utami


Wis itulah panggilan akrab dari seorang anak lelaki yang mempunyai nama panjang Wisanggeni. Wis lahir di Muntilan Yogyakarta. Wis termasuk anak yang beruntung karena dia adalah satu-satunya anak yang lahir dari rahim ibunya dan hidup. 

Dua adiknya tidak pernah lahir. Mereka mengalami suatu peristiwa aneh yang hanya diketahui oleh Wis dan pengalaman ini terjadi pada masa kecilnya. Ayahnya bernama Sudoyo, bekerja sebagai pegawai Bank Rakyat Indonesia dan sebagai mantri kesehatan di Yogyakarta. Ibunya masih keturunan raden ayu. 

Pada waktu Wis berumur empat tahun, ayahnya dipindahkan ke Perabumulih yaitu sebuah kota minyak di tengah Sumatra Selatan yang sunyi pada masa itu, hanya ada satu bioskop dan bank yang usianya belum panjang. 

Di Perabumulih ayah bekerja sebagai kepala cabang Bank Rakyat Indonesia. Beberapa tahun kemudian Wis dan ayahnya pindah ke Jakarta. Wis melanjutkan sekolah dengan mengambil pendidikan teologi dan belajar di Institut Pertanian Bogor. 


Setelah Wis dan ayahnya pindah di Jakarta. Setelah Wis menamatkan pendidikannya, maka diadakan upacara pengangkatan Wis sebagai pastor dan ia mendapatkan julukan Pastor Wisanggeni atau Romo Wis. Setelah misa, ada acara pesta di balai pastoran untuk merayakan adanya pastor baru. Di acara itu Wis bertemu dengan Romo Daru dan Wis meminta kepada Romo Daru agar dirinya ditugaskan di Perabumulih.

Permintaan Wis dikabulkan yaitu Uskup memberi tugas kepada Wis sebagai Pastor Paroki Parid yang melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah di Palembang. Wis segera menuju ke kota itu. Setelah sampai di Perabumulih, ia menemukan perubahan-perubahan yang terjadi di kota itu, diantaranya rumah Wis telah dihuni oleh orang lain. Wis mendatangi rumahnya yang dulu dan berkenalan dengan penghuni rumahnya yang sekarang. Ketika di sana Wis mengalami kejadian-kejadian aneh lagi seperti yang pernah ia alami pada waktu kecil. 

Di Perabumulih Wis bertemu dengan seorang gadis yang cacat dan mempunyai keterbelakangan mental. Gadis itu bernama Upi. Upi adalah anak seorang transmigrasi Sei Kumbang yang tinggal di Lubukrantau. Karena perlakuannya dianggap membahayakan orang lain, maka keluarganya memutuskan untuk mengurung dan mengrangkeng Upi di sebuah bilik yang terbuat dari kayu dan bambu yang kondisinya sudah tidak sehat. Wis tidak berdaya melihat gadis di dalam kerangkeng itu. Akhirnya Wis memutuskan untuk membangun tempat yang lebih sehat dan menyenangkan Upi. 

Wis merasa semakin ia mengetahui penderitaan rakyat Lubukrantau semakin ia merasa bahwa dirinya adalah bagian dari mereka, yang membuatnya ingin lebih lama tinggal dan ingin memperbaiki penderitaan yang dialami oleh petani di sana. Berkat izin dari Bapak Uskup dan modal dari ayahnya, maka ia mengadakan rapat dengan keluarga Mak Argani dan membicarakan tentang rencananya untuk membangun pengolahan sederhana atau rumah asap di dusun itu sambil memperbaiki kebun. Usul itu disetujui oleh keluarga Argani. Akhirnya mereka membersihkan kebun.

Wis kembali ke Perabumulih selama dua minggu. Ketika Wis kembali ke Lubukrantau, Wis dikejutkan oleh kejadian yang telah menimpa Upi gadis cacat dan gila itu telah diperkosa oleh orang-orang yang hendak merebut lahan mereka dengan cara menjebol rumah baru Upi. 

Beberapa tahun yang lalu empat orang lelaki datang ke wilayah transmigrasi Sei Kumbang yang mengaku bahwa mereka menjalankan tugas dari Gubernur tentang lokasi transmigrasi Sei Kumbang yang semula perkebunan karet akan diganti dengan perkebunan kelapa sawit. Para penduduk tidak sepakat untuk menganti kebunya dengan kelapa sawit. Melihat keadaan ini Wis dan penduduk mengadakan rapat yang bertempat di rumah asap. Pada rapat ini menghasilkan kesepakatan supaya penduduk jangan sesekali mau menandatangani pada lembaran kosong yang diberikan oleh pihak perusahaan PT Anugrah Lahan Makmur (ALM). 

Tiga minggu kemudian, empat orang itu datang lagi dan menyuruh para penduduk untuk menyetujui usulnya. Namun Wis dan penduduk tidak menyetujui usul itu. Empat orang itu akhirnya pergi sambil menahan marah. Perbuatan Wis ini membuat pihak perusahaan menjadi marah dan memberikan tuduhan-tuduhan yang tidak benar kepada Wis, seperti dirinya yang dituduh telah mengkristenkan orang Lubukrantau dan mengajari Argani berburu dan makan babi hutan.

Melihat keadaan ini, akhirnya Wis pergi ke Palembang, Lampung, dan Jakarta dalam rangka mengumpulkan data, untuk mempertahankan perkebunan di transmigrasi. Usaha Wis tidak sia-sia karena penggusuran dusun jadi tertunda sampai setahun. Orang-orang tersebut mengunakan cara lain supaya dapat menggusur dusun itu yaitu dengan cara merobohkan pohon-pohon karet, menghanguskan tanggul yang tersisa, meneror dusun itu, ternak mulai hilang satu persatu, merusak rumah kincir, memperkosa Upi, dan membakar rumah pada penduduk. 

Wis bermaksud menyelamatkan Upi tetapi orang-orang itu menangkap Wis dan dimasukkan ke dalam penjara. Selama di dalam penjara Wis selalu disiksa. Pada saat Wis mulai putus asa dengan keadaan yang menimpanya, Anson dan pemuda Lubukrantau menyelamatkan Wis dan membawa kabur Wis dari penjara. 


Wis keluar dari penjara dalam keadaan yang tidak berdaya. Wis tidak mau dipulangkan ke Perabumulih, ia meminta diantar ke rumah suster-suster Boronous yang berada di Lahat. Di sana Wis dirawat oleh suster Marietta selama kurang lebih tiga bulan. Dalam masa penyembuhan Wis membaca tuduhan-tuduhan terhadap dirinya melalui surat kabar. 

Setelah sembuh Wis pergi ke sebuah tempat yang hanya diketahui oleh lima orang suster dan satu dokter. Dalam persembunyiannya, tak lama setelah peristiwa itu, Wis mengganti kartu identitasnya dengan mengganti namanya menjadi Saman. 

Tak lama kemudian Saman menulis surat untuk ayahnya. Ia menyatakan bahwa ia menyesal karena tidak bisa memberi ayah keturunan karena dirinya menjadi seorang pastor. Ia bercerita tentang rumah asap yang dibangunnya dengan modal awal dari ayahnya, memohon restu kepada ayahnya untuk tetap tinggal di Perabumulih, dan ia memohon maaf karena dirinya memutuskan untuk keluar dari kepastoran. Karena Saman dan beberapa temannya ingin mendirikan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengurusi perkebunan guna membantu orang Lubukrantau yang tidak lagi mempunyai tanah dan tidak mempunyai pekerjaan. 

Akhirnya berkat bantuan Cok dan Yasmin, Saman dapat melarikan diri ke New York. Kini Saman telah mengganti penampilannya dan muncul sebagai aktivis perburuhan dan mengelola LSM. 

Sinopsis Novel "Namaku Hiroko" Karya N.H. Dini



Hiroko adalah seorang gadis desa anak sulung dari keluarga petani miskin. Ibu kandung Hiroko meninggak saat Hiroko berumur 4 tahun kemudian ayah Hiroko menikah lagi dan dari ibu tirinya itu Hiroko mempunyai dua adik laki-laki.

Karena kehidupan Hiroko yang miskin, Hiroko tidak mampu meneruskan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Hiroko hanya lulusan sekolah rendah saja.

Suatu hari ayah Hiroko pulang dari ladang bersama seorang tengkulak namanya Tamura-san. Beliau mengatakan bahwa saudaranya membutuhkan seorang pembantu rumah tangga. Setelah terjadi kesepakatan bersama akhirnya beberapa hari kemudian berangkatlah Hiroko dari desanya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Hiroko bekerja di rumah pasangan suami istri yang sudah berumur lanjut. Di sana Hiroko mulai merasakan perbedaan kehidupan antara di desa yang serba kesusahan dengan kehidupan kota yang memanjakan.

Di keluarga majikannya Hiroko tidak lama bekerja karena kemudian datang kabar dari desa bahwa neneknya meninggal dunia. Akhirnya Hiroko pun kembali pulang ke desanya.

Tak terasa sudah sepuluh bulan lamanya Hiroko tinggal di desa, sampai suatu saat Hiroko bertemu dengan teman lamanya, Tomiko. Tomiko mengajak Hiroko untuk kembali ke kota karena kata Tomiko di kota sekarang banyak lapangan kerja membutuhkan pekerja atau pembantu rumah tangga. Dengan ijin ayahnya berangkatlah Hiroko bersama Tomiko ke kota Pelabuhan Kobe.



Di sana Hiroko bekerja di rumah keluarga konsul bahasa Perancis. Maka untuk sementara Hiroko pun tinggal bersama Tomiko. Sampai akhirnya suatu hari Hiroko mendapat pekerjaan baru, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Majikan Hiroko yang baru adalah pasangan suami istri yang masih muda, mereka memiliki seorang bayi laki-laki.

Di rumah majikannya yang baru Hiroko mendapat pengalaman baru, Hiroko mengenal cinta, Hiroko menyukai adik majikannya yang bernama, Sanao. Dan rupanya Sanao pun begitu dia menyukai Hiroko. Akan tetapi keadaan dan perbedaan statuslah yang menjadikan jurang pemisah sehingga membuat mereka tidak bisa menyatukan cintanya. Hingga suatu malam Sanao berhasil “menyentuh” Hiroko untuk pertama kalinya.

Setelah pengalaman pertamanya dengan Sanao kehidupan Hiroko berubah. Majikan Hiroko menjadikannya sebagai budak nafsunya. Sampai akhirnya Hiroko tidak tahan lagi dan memilih untuk keluar dari pekerjaannya.

Hiroko kemudian berhenti bekerja dari rumah majikannya itu dan kembali bersama Tomiko sahabatnya. Sambil menunggu pekerjaan baru Hiroko membantu pekerjaan Tomiko di rumah majikannya itu.

Hiroko kembali mendapat pekerjaan, dia diterima bekerja di sebuah toko besar. Di sana ia bertugas sebagai penerima tamu yang datang ke toko itu. Walau gajinya kecil Hiroko sangat menyukai pekerjaan yang baru itu. Suatu waktu Hiroko berkenalan dengan seorang pria bernama, Kishihara Yukio seorang pria yang berpenghasilan cukup tinggi dan menyukai Hiroko. Akan tetapi Hiroko tidak begitu menyukainya. Hiroko hanya menyukai pemberian materinya saja.

Setelah lama bekerja di toko itu Hiroko berhasil mengambil hati salah seorang atasannya, Nakajima-san namanya. Ia begitu memperhatikan dan mendorong kemajuan Hiroko dalam bekerja.

Atas saran Nakajima-san Hiroko tinggal di sebuah apartemen kecil di atas sebuah bar bernama, Manhattan. Di tempat tinggalnya yang baru Hiroko mengenal kehidupan malam di kotanya. Di sana juga Hiroko berkenalan dengan Soeprapto mahasiswa asal Indonesia yang tinggal di Jepang, akan tetapi persahabatannya dengan Soeprapto tidak berjalan lama, karena Soeprapto harus kembali ke Indonesia.

Setelah lama Soeprapto menghilang, Hiroko mendapat surat undangan yang isinya meminta Hiroko untuk berkunjung ke Indonesia. Bahkan dalam surat itu Soeprapto secara langsung berniat untuk mempersunting Hiroko. Namun Hiroko menolaknya secara halus. Hiroko tetap datang ke Indonesia memenuhi undangan Soeprapto atas saran Nakajima-san. 

Setelah berada di Indonesia, Hiroko diajak berkunjung ke beberapa tempat wisata. Hiroko begitu mengagumi keramahan bangsa Indonesia dan keluhuran budayanya. Yang paling membuat Hiroko tertarik adalah kerajinan kain batik khas Jogja. Hirokopun berniat memperkenalkan corak kain batik tersebut ke masyarakat Jepang.

Pergaulannya yang luas membuat wawasan pengetahuan Hiroko bertambah juga. Hingga atas pertimbangan itu pula Nakajima-san mempercayakan Hiroko untuk mengambil keputusan penting demi kemajuan toko tempat Hiroko bekerja.

Pada suatu kesempatan Hiroko berkenalan dengan Natsuko, seorang gadis keluarga kaya. Natsuko yang pendiam begitu percaya pada Hiroko dan menganggap Hiroko sebagai teman sejatinya.

Keinginan Hiroko untuk mendapatkan segala kesuksesan hidup, menjadikannya menghalalkan segala cara asal tidak mencuri. Atas dasar itu pula Hiroko menjadi penari kabaret di sebuah klub malam. Kecantikan dan kemolekan tubuhnya, membuat keberuntungan bagi Hiroko sehingga menjadi terkenal. Ia dibayar cukup mahal untuk setiap pertunjukannya.

Dalam suatu pertunjukan tarinya Hiroko berkenalan dengan Yoshida, seorang pengusaha kapal terkenal di kota Kobe. Yoshida begitu tergila-gila pada Hiroko sehingga apapun kemauan Hiroko selalu dipenuhinya. Akan tetapi, hubungan mereka terhalang karena ternyata Yoshida adalah suami dari Natsuko sahabat sejatinya. Akhirnya, Yoshida hanya menjadikan Hiroko sebagai wanita simpanan saja tanpa kejelasan status istri yang sah.

Di akhir cerita Hiroko menjadi pemilik dari bar Mahattan tempat dahulu ia tinggal. Sebagian besar saham toko tempatnya bekerja pun berhasil dikuasainya. Bahkan rumah Nakajima-san atasan Hiroko dahulu berhasil dimilikinya, Yoshida yang membelikan rumah itu untuk bekal Hiroko di hari tua.

Atas jerih payahnya itu, kini Hiroko berhasil menjadi seorang yang sukses di kota besar. Dia bisa menyekolahkan dua adik tirinya dan membiayai kehidupan kedua orang tuanya di desa.